Belajar Sabar dan Mengendalikan Amarah
7 tahun ago admin 0
Oleh: KH. M. Musleh Adnan*
Dikisahkan ada sahabat Nabi yang asalnya seorang Yahudi di Madinah, setelah mendengarkan dakwah Nabi Muhammad SAW kemudian beliau memeluk Islam. Sahabat ini pernah ditawarkan oleh Khalifah Umar bin Khatthab untuk menjadi hakim di Suriah, tetapi ditolaknya. Kemudian Khalifah memintanya untuk mengajarkan Islam di Suriah. Ia adalah Abu Darda’.
Pernah suatu ketika beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Tunjukkan kepadaku suatu amal yang bisa mengantarkanku ke surga!” Nabi menjawab: “Jangan sering marah, maka bagianmu adalah surga.” (HR. Tabrani).
Marah memiliki dua tipe: marah implisit (anger in) dan marah eksplisit (anger out). Anger in adalah bentuk kemarahan pada diri sendiri yang bisa berakibat depresi dan timbulnya rasa benci. Sedangkan anger out adalah marah yang ditujukan pada orang lain atau perusakan benda-benda sekitarnya (Nastiti dkk: 2014).
Selain itu, anger out adalah perilaku marah yang dieskpresikan dengan melukai secara psikis pada orang yang menjadi sasaran. Contohnya adalah ucapan yang menyinggung perasaan, memaki-maki, menghina, merendahkan, memperlakukan berbeda, menyepelekan dan lainnya. Sedangkan anger out melukai secara fisik. Contoh ekspresinya adalah menampar, meludahi, menjambak, menendang, memukul dan sejenisnya.
Tetapi ada juga amarah yang terjadi begitu saja pada pribadi tertentu. Ada orang yang mudah marah, yang kita sebut pemarah. Orang seperti ini bisa marah-marah dalam berbagai situasi, di mana saja, kapan saja. Emosinya meledak-ledak tanpa peduli orang-orang sekitarnya.
Orang seperti ini biasanya tidak boleh tersinggung sedikit pun. Sekali tersinggung, timbul amarah dengan segala tuduhannya dan dengan suaranya yang kencang. Siapa saja bisa kena “semprot”.
Marah adalah sifat yang dimiliki semua orang. Namun, masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda dalam mengendalikannya, ada yang cepat marah namun cepat selesai, tapi adapula yang sulit marah tapi kalau sudah marah sangat sulit sembuhnya (baca: dendam). Juga ada manusia hebat, sulit marah dan cepat memafkan kesalahan orang lain, tidak ada dendam dalam hatinya. Untuk tipe ini sangat jarang ditemui.
Diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa pernah suatu ketika ada laki-laki menghadap kepada Umar bin Khattab. Laki-laki tersebut tanpa basa-basi langsung memaki Umar: “Anda tidak berbuat adil kepada saya dan tidak pernah memberikan sesuatu yang banyak kepada saya.” Mendengar makian tersebut, Umar bin Khattab —yang terkenal tempramental— langsung marah. Namun, ada sahabat bernama Hur bin Qais menegurnya: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah Allah berfirman kepada Nabi Muhammad:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
‘Jadilah orang yang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Setelah mendengar ayat tersebut, kemarahan Umar bin Khattab langsung reda.
Dari cerita ini bisa disimpulkan, sekeras- kerasnya manusia bila masih memegang prinsip ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits akan mudah mengendalikan amarahnya, asalkan hatinya masih ada niatan untuk menjadi orang baik. Kelak di akhirat orang ini akan dipanggil oleh Allah dengan panggilan mesra:
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 24)
من كظم غيظاً وهو قادر على أن ينفذه ، دعاه الله عز وجل على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ماشاء رواه أبو داود
“Barang siapa yang bisa mengendalikan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskan kemarahan tersebut, maka pada hari kiamat akan dipanggil oleh Allah di hadapan manusia untuk memilih bidadari cantik yang dikehendakinya.” (HR. Abu Daud: 4777)
Maukah Anda dipanggil mesra oleh Allah utk masuk surga beserta pendamping idaman?
Saya masih terus belajar dan sampai sekarang belum lulus, karena saya murid yang nakal dan tidak cerdas.
Selamat mencoba.
*Lembaga Dakwah PCNU Pamekasan